tes



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/defisit neologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana stroke dapat di denifisikan sebagai penyakit otak yang di akibatkan oleh terhentinya suplay darah ke otak karena sumbatan atau pendarahan yang mengakibatkan  lemas dan lumpuh sesaat, bahkan jika terjadi pecahnya pembuluh darah akan mengakibatkan hilangnya kesadaran hingga kematian (Junaidi, 2006) .
Stroke  menduduki urutan ketiga terbesar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung dan kanker, dengan laju mortalitas 18 % sampai 37% untuk stroke pertama dan 62% untuk stroke berulang. Pada kasus yang tidak meninggal dapat terjadi beberapa kemungkinan seperti stroke berulang (Recurrent stroke), Dementia, dan Depresi. (Yulianto, 2011)
Angka kejadian di dunia kira – kira 200 per 100.000 penduduk dalam setahun. Pada saat ini terjadi perubahan bahwa stroke tidak hanya menyerang seseorang di usia lanjut/tua tapi juga dapat menyerang pada usia muda yang masih produktif. Stroke tidak lagi di derita masyarakat kota yang berkecukupan tapi juga warga yang sosial ekonominya rendah.(Pudiastuti, 2011)
Di negara maju seperti Amerika Serikat tahun 1998 didapatkan 150.300 kematian yang disebabkan oleh stroke. Di Eropa angka kematian kasar angka kematian kasar akibat stroke berkisar 63,5/100.000 penderita pria (Switzerland, 1992) sampai 273,4/100.000 penderita wanita (Rusia, 1991). Di negara Cina setiap tahun lebih dari 1.000.000 penduduk meninggal dunia akibat stroke (Neurona, 2002).
Di Indonesia di perkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan maupun berat (Yastroki, 2005). Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang sempurna, menunjukan proporsi stroke di beberapa rumah sakit dari tahun ke tahun meningkat (Lamsudin, 2005)
Selama ini yang sering menyebabkan stroke adalah pola makan cepat saji yang kaya kolestrol.Selain itu faktor jarang berolah raga dan prilaku hidup buruk seperti merokok dan minum minuman beralkohol juga berdanpak menyebabkan stroke (Pudiastuti, 2011)
Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka putih memiliki paviliun stroke center  dan didapatkan data pada tahun 2010 pasien stroke iskemik yang dirawat berjumlah 424 orang dengan presentase pasien laki – laki sebanyak 275 orang(64%) dan perempuan 149 (36%) dengan rata – rata kategori umur terbanyak yaitu 40 – 60 tahun dan Tahun 2011 pasien stroke iskemik berjumlah 509 orang dengan presentase pasien terbanyak yaitu berjenis kelamin laki – laki yaitu 321 orang (63%) dan perempuan 188 orang (37%) dengan kategori umur terbanyak yaitu > 40 tahun.
Pada tahun 2012 jumlah pasien stroke iskemik yang dirawat 500 orang dengan presentase pasien laki – laki sebanyak 324 orang(65%) dan perempuan sebanyak 176 orang (35%) dengan kategori umur terbanyak adalah > 45 tahun.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui Bagaimana gambaran pola makan dan status gizi pasien stroke iskemik awal perawatan di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pola makan dan status gizi pasien stroke iskemik awal perawatan di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat.
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pola makan dan status gizi pasien stroke iskemik awal perawatan di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat.



2.       Tujuan Khusus
a.       Mengedentifikasi karakteristik penderita stroke iskemik awal perawatan di Paviliun Stroke Center di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih (umur dan gender)
b.       Mengidentifikasi pola makan pasien stroke iskemik awal perawaatan di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih .
c.       Mengidentifikasi asupan zat gizi pasien stroke iskemik awal perawaatan di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih dengan kebutuhan.
d.      Menilai status gizi pada pasien stroke iskemik awal perawatan di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.
D.    Manfaat dan Hasil
1.      Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan dan menambah pengetahuan tentang stroke dan dapat menerapkan ilmu yang di dapat di bangku kuliah untuk menganalisis suatu masalah khususnya di bidang gizi .
2.      Bagi Rumah Sakit
Memberi masukan tentang informasi gizi untuk pengelola Rumah Sakit khususnya pada pasien stroke iskemik.
3.      Bagi Akademi
Dapat menambah koleksi buku bacaan baru dengan informasi terbaru tentang penyakit stroke iskemik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teori
A.    Stroke
1.      Pengertian
Stroke adalah penyakit serebrovaskolar yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak, karena sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah (Pudiastuti, 2011)
Stroke adalah serangan otak yang terjadi ketika bekuan darah menutup arteri atau pembuluh darah pecah, dan menganggu aliran darah ke otak. Ketika salah satu hal – hal ini terjadi, sel – sel otak mulai mati dan kerusakan otak terjadi.
Ketika sel – sel otak mati selama stroke kemampuan yang dikendalikan otak akan hilang. Kemampuan ini termasuk berbicara, makan, bergerak dan mengingat. (Onggo, 2011)
Stroke disebut juga serangan otak. Stroke hampir mirip dengan serangan jantung, problemnya sama yaitu pembuluh darah, “waktu” memegang peranan penting karena serangan jantung lebih mudah dikenali dibanding dengan serangan stroke. (Yulianto, 2011)


2.      Jenis Penyakit Stroke
Jenis penyakit stroke, yaitu :
a.      Stroke Iskemik
Stroke Iskemik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini di sebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak.
Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Penyumbatan dapat terjadi di sepanjang pembuluh darah arteri ke otak.
Stroke Iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1.      Stroke trombotik : proses terbentuknya thrombus hingga menjadi gumpalan.
2.      Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
3.      Hipoperfusion sistemik : Aliran darah keseluruh tubuh berkurang karena adanya gangguan denyut jantung.(Yulianto, 2011)

b.      Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stoke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis :
1)      Hemoragik intraserebral : Pendarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
2)      Hemoragik subraknoid : Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).  (Pudiastuti, 2011)

3.      Faktor Resiko Stroke (Pudiastuti, 2011)
a.       Faktor resiko medis, antara lain :
1)      Migrain
2)      Hipertensi (penyakit darah tinggi)
3)      Diabetes
4)      Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
5)      Gangguan jantung
6)      Riwayat stroke dalam keluarga
7)      Penyakit ginjal
8)      Penyakit vaskuler perifer
80% pemicu stroke disebabkan karena hipertensi dan arteriosklerosis.
b.      Faktor resiko prilaku, antara lain :
1)      Kurang olah raga
2)      Merokok (aktif & pasif)
3)      Makanan tidak sehat (fast food & junk food)
4)      Obesitas
5)      Stress
6)      Narkoba
7)      Kontrasepsi oral
8)      Mendengkur
9)      Cara hidup
c.       Faktor lain
Data statistik 80% penderita penyakit trombosis ada hubunganya dengan penyakit  tekanan darah tinggi (hipertensi)
1)      Trombosis serebral
Terjadi pada pembuluh darah dimana oklusi terjadi trombosis dapat menyebabkan Iskemia jaringan otak, odema dan kongesti di area sekitarnya.
2)      Emboli serebral
Penyumbatan pembuluh darah otak karena bekuan darah, lemak atau udara. Kebanyakan emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral
3)      Pendarahan intra serebral
Pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi karena arterioklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak akan menyebabkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan  akibatnya otak akan bengkak, jaringan otak internal tertekan sehingga menyebabkan infark otak, edema, dan mungkin terjadi herniasi otak (pusdiknakes , 1995)
a)      Trombosis sinus udara
b)      Diseksi arteri karotis atau vertebralis
c)      Kondisi hiperkoagulasi
d)     Vaskulitis sistem saraf pusat
e)      Penyakit moya – moya (oklusi arteri besar intrakranial yang progresif)
f)       Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukimia)
g)      Miksoma atrium
4.      Gejala Stroke (Onggo, 2011)
Dalam beberapa menit saja mengalami stroke, sel – sel otak mulai mati. Gejalanya harus dapat di kenali agar dapat segera mendapat penanganan dan perawatan yang tepat untuk pemulihan

Tanda-tanda Stroke antara lain :
a.       Tiba – tiba mati rasa atau rasa lemah pada lengan, wajah atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh. Gerakan refleks dan/atau sensasi hialang seluruhnya atau sebagian. Mungkin ada sensasi kesemutan di daerah yang terkena.
b.      Mendadak kebingungan atau kesulitan berbicara atau memahami. Kadang – kadang melemahnya otot wajah dapat menyebabkan keluarnya air liur yang tak terkendali.
c.       Tiba – tiba kesulitan melihat pada satu atau kedua mata.
d.      Tiba – tiba kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi.
e.       Mendadak mengalami sakit kepala berat tanpa di ketahui penyebabnya.
B.      Gizi Seimbang (Kurniasih, 2010)
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari – hari yamg mengandung zat – zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan(BB) ideal.
1.      Pentingnya makanan beranekaragam
Membiasakan makan makanan beraneka ragam adalah prinsip pertama dari Gizi Seimbang yang universal,karena tak ada satu pun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kecuali ASI(Air Susu Ibu) untuk bayi sampai 6 bulan. Pola makan bergizi seimbang mengatur secara proposional baik jenis maupun jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.



a.       Kharbohidrat
Kharbohidrat adalah zat gizi makro yang merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Sumber kharbohidrat utama bagi orang Indonesia adalah Beras.
b.      Lemak
Lemak juga merupakan zat gizi makro sumber energi, di dalam makanan lemak berfungsi sebagai pelezat makanan sehingga orang cendrung menyukai makanan yang berlemak.
c.       Protein
Protein juga termasuk sumber zat gizi makro yang dibutuhkan oleh tubuh tapi protein tidak dapat berfungsi secara optimal tanpa zat gizi makro (kharbohidrat dan lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Sumber protein ada pada hewani dan nabati (kacang-kacangan).
d.      Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral adalah zat gizi mikro yang mempelancar prosespembuatan energi dan proses biologis lainya yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan.
e.       Air
Air merupakan zat gizi dan unsur yang paling berlimpah dalam tubuh, air penting  untuk fungsi tubuh,”bantal” sistem saraf. Sehingga jika tubuh mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) dapat menimbulkan kematian. Kebutuhan air untuk menjaga kesimbangan adala 2 liter atau 8 gelas sehari.
2.      Pentingnya pola hidup bersih
Pola makan ber-Gizi Seimbang akan tak berguna bila tak diikuti dengan prinsip dan kebiasaan hidup bersih, seperti mencuci makan sebelum makan dengan air bersih, menyajikan makanan dalam keadaan tertutup, memasak makanan dengan suhu yang tepat agar zat gizi dalam makan tersebut tidak hilang.
3.      Pentingnya Pola hidup aktif
Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi untuk beraktivitas, olahraga efektif untuk membakar kalori yang sudah dihasilkan oleh makanan yang dikosumsi tubuh sehingga tidak terjadi obesitas yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.
4.      Pentingnya Berat Badan Ideal
Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran dapat diukur dengan naik turunya berat badan(BB).Badan yang sehat adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan berat badan ideal yang sesuai dengan tinggi badan.




C.    Pola Makan
Menurut khumaida, yaitu dimaksud sengan pola makan adalah tingkah  laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan ; Meliputi sikap, kepercayaan,dan pemilihan makanan. Dikatakannya juga lingkungan sosial memberikan  gambaran yang  jelas tentang perbedaan- perbedaan kebiasaan makan. Perbedaan kebiasaan dapat ditemui tidak saja antar bangsa , suku bangsa, tetapi juga lingkungan keluarga.
Pola makan yang baik yang sesuai dengan susunan makanan  yang dianjurkan adalah gizi seimbang. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi Beraneka ragam makanan tiap hari karena kandungan  zat gizi disetiap makanan dapat saling melengkapi.
Pada umumnya pola menu seimbang di Indonesia terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah - buahan. (Almatsier,2001)
Bagi masyarakat negara berkembang khususnya Indonesia,pola kebiasaan makan pun cukup bervariasi. Bagi masyarakat yang kurang  mampu dapat memenuhi makanan pokoknya  berupa sumber karbohidrat yang merupakan prioritas utama.  Pada masyarakat  yang lebih mampu  sumber lemak mulai dikonsumsi.  (Handjani,1996)




Pengkajian pola makan
 Pengkajian  pola makan dapat dilakukan dengan :
1.      Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi  konsumsi sejumlah makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,minggu, bulan atau tahun. (Supariasa, 2002)

Kelebihan Metode Food Frekuensi :
a.       Murah dan sederhana
b.      Dapat dilakukan sendiri oleh responden
c.       Tidak membutuhkan latihan khusus
d.      Tidak  membutuhkan latihan khusus

 Kekurangan metode food frekuensi :
a.       Tidak dapat untuk  menghitung intake zat gizi sehari
b.      Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
c.       Cukup Menjemukan  bagi pewawancara
d.      Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

D.    Penilaian Status Gizi
Status Gizi adalah keadaan tubuh individu atau masyarakat yang dapat mencerminkan hasil dari makanan yang dikosumsi, kemudian diceran, diserap, didistribusikan, dimetabolisme dan selanjutnya disimpan dalam tubuh ataupun dikeluarkan. Metode yang biasa dilakukan untuk pasien usia lanjut yaitu dengann melakukan pengukuran terhadap; a). Antropometri, b). Klinis, c). Biokimia, d). Riwayat gizi.

1.      Penilaian secara langsung
Dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu :
a.      Antropometri
Antropometri memberikan informasi tentang perhitungan ukuran tubuh dan status gizi seseorang (Samsudin, 1990). Antropometri adalah indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat yang dapat dilakukan siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana.
1)      Berat Badan
Merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran tentang masa tubuh (otot dan lemak). Tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena terserang menurunya nafsu makan dan menurunya makanan yang dikosumsi. Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik dan keseimbangan antara kosumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikutu pertumbuhan umur (SUPARIASA, 2002). Pada pasien yang berat badanya tidak dapat di ukur karena harus istirahat total (total bed rest) sementara timbangan tempat tidur (bed scale) tidak tersedia atau karena mengalami edema atau asites, maka dapat digunakan pengukuran :

a)      LIGUL (Lingkar Pinggul), digunakan untuk pasien gemuk. (sumber : Utih Arupah - Gizi RSCM 2002)
Rumus :
Laki – laki
Berat Badan = 1,408 X Lingkar Pinggul (cm) – 69.020
Perempuan
Berat Badan = 1.040 X Lingkar Pinggul (cm) – 43.738

b)     LLA (Lingkar Lengan Atas), digunakan untuk pasien kurus. (sumber : Utih Arupah - Gizi RSCM 2002)
Rumus :
Laki – laki
BB = 25.593 LLA (cm) – 12.902
Perempuan
BB = 2.001 LLA (cm) – 1.223

2)      Tinggi Badan
Merupakan salah satu antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan badan. Dalam keadaan normal, tinggi badan tubuh bersamaan dengan pertumbuhan umur.Pertumbuhan  tinggi badan tidak seperti berat badan, agak kurang peka terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh kekurangan gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak  pada saat yang cukup lama (Roedjito, 1990).
Untuk memantau status gizi orang dewasa yang diberikan dengan kekurangan  dan kelebihan berat badan digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Dengan menggunakan rumus yang digunakan (Supariasa,2002):
                        IMT     =BB (kg)
                                       TB (m2)
Batas ambang untuk orang dewasa Indonesia dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1
Kategori IMT menurut DepKes RI Tahun 1994
Kategori
IMT
Kekurangan BB tingkat berat
Kekurangan BB tingkat ringan
Normal
Kelebihan BB tingkat ringan
Kelebihan BB tingkat berat
< 17,0
17,0 – 18,5
> 18,5 – 25,0
> 25,0 – 27,0
> 27,0
   Sumber : Direktorat Gizi DepKes RI, 1994

c)      Menghitung  Tinggi Lutut
Tinggi lutut berkaitan erat dengan tinggi badan  dan dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi badan seseorang dengan kelainan tulang atau tidak dapat berdiri (Gibson, 1990).
Pengukuran tinggi lutut untuk memperkirakan tinggi badan lebih dianjurkan daripada panjang depa karena  lebih mudah dilakukan dan memiliki tingkat kesalahan yang rendah.
Penelitian menunjukkan bahwa tinggi lutut memiliki kolerasi yang erat dengan tinggi badan dan dapat  digunakan untuk memperkirakan  tinggi badan seseorang.  Tinggi lutut diukur pada kaki kiri dengan membentuk sudut  900 pada subjek dengan menekukkan kakinya, tinggi lutut mulai dari tumit sampai bagian proximal dari patela (Gibson,dkk 1990).
Tinggi lutut digunakan (Knee height) untuk menentukan  secaraa pasti tinggi badan seseorang. Tinggi lutut tidak akan berkurang kecuali terdapat fraktur tungkai bawah. Dari tinggi lutut  dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya. (Soejono, 2000)
Rumus Tinggi Badan berdasarkan Tinggi Lutut (Soejono, 2000) :
 TB Laki-laki  :     59,01 + (2,08 X TL)
 TB Wanita     :     75,00 + (1,91 x TL)- ( O,17 X U)
Catatan           :     TL (cm) : Tinggi lutut
                              U (Tahun) : Umur
b.      Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi  masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,mata, rambut dan mukosa oral atau  organ – organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2002). Contohnya  gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata

c.       Biokimia
Pemeriksaan yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan  tubuh  seperti hati dan otot (Supariasa, 2002). Contohnya tekanan darah ,kadar kolesterol dalam darah, kadar natrium  dalam darah dan CT Scan.

2.      Penilaian  Status Gizi Secara Tidak Langsung
Dapat dibagi menjadi tiga,yaitu (Supariasa, 2002):
a.       Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan  adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
b.      Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan manganalisa kesehatan  seperti angka kematian.
c.       Faktor ekologi
Pengukuran  faktor ekologi dipandang  sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat  sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.


E.     Kerangka Konsep
Karekteristik (umur, jenis, kelamin)

 
                                                            








 








Rounded Rectangle: Tingkat pendidikan


Ket :    Variabel yang diteliti                                                 Variabel yang di teliti                                                                                                                                                                                                    
                                                                                                                                   


F.     Definisi Operasional
No
Variable
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
1.
Umur


Jumlah tahun hidup kasus sampai kasus di wawancara
Dengan membaca rekam medis
Rekam medis

Dalam tahun kategori :
- 20 – 39 tahun
-  40 – 59 tahun
-  60 – 69 tahun
-   > 70 tahun
Rasio
2.
Jenis Kelamin



Karekteristik membedakan antara Laki – laki dan Perempuan secara fungsional
Dengan observasi kepasien dan membaca rekam medis
Rekam Medis
Kategori :
-  Laki- laki
-  Perempuan
Nominal
3.
Pekerjaan


Kegiatan yang dilakukan sehari – hari untuk memenuhi kebutuhan hidup
Dengan wawancara

Koesioner
Kategori :
-  Bekerja
-  Tidak berkerja
Ordinal
4.
Pola  makan
Kebiasaan makan pasien sebelum masuk rumah sakit, berdasarkan penggunaan bahan makanan perhari, perminggu, perbulan, pertahun dan tidak pernah dengan mengunakan metode food frequency
Dengan wawancara
kuesioner
Kategori :
-  Sering sekali : ≥ 1x sehari
-  Sering : 3 – 6x/mgg
-  Jarang :≤ 1 – 2x/mgg
-  Jarang sekali : > 1 x bulan
-  Tidak mengkosumsi

rasio
 5.
Asupan
Banyaknya zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi sehari – hari




6.
Status gizi
Status gizi pasien yang diukur berdasarkan IMT
Untuk IMT : IMT = BB (kg) : BB (m)2
Timbangan badan, meteran
Kategori :
<17,0 = Kurus tingkat berat
17,0 – 18,5 = Kurus tingkat ringan
18,5 – 25 = Normal
>27,0  = Lebih tingkat berat
Ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN


A.    Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Juni – 6 Juli 2013 terhadap pasien stroke iskemik awal perawatan di Paviliun Stroke center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih. Penelitian ini dimulai pada tanggal 5 juni 2013, dilakukan dengan wawancara langsung saat pasien dirawat di ruang perawatan di  Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.

B.     Jenis Penelitian
Penelitian ini bermaksud mengetahui pola makan dan status gizi pada pasien stroke iskemik awal perawatan di  Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, penelitian ini menggunakan metode retrospektif yang bertujuan memperoleh gambaran secara sistematis dan faktual mengenai status gizi.

C.    Populasi dan Sampel
Populasi dan Sampel penelitian belum ditentukan jumlahnya, Sampel ini diambil dengan cara purpossive sampling dengan kriteria :
1.      Pasien bersedia menjadi responden
2.      Pasien stroke bisa berkomunikasi
3.      Pria dan wanita
4.      Pasien awal perawatan (max 3 hari perawatan)
5.      Usia < 80 tahun

D.    Jenis Data
Data yang digunakan meliputi :
1.      Data Primer
a.       Karakteristik pasien meliputi ( umur, jenis kelamin, pekerjaan).
b.      Mengidentifikasi pola makan dengan food recall pada pasien awal perawatan
c.    Status gizi pasien stroke hasil antropometri pasien (TB/TL, BB/LIGUL/LLA)  pada awal perawatan.
2.      Data Sekunder
a.       Data mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan jumlah pasien stroke awal perawatan di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.
b.      Data yang ada di dalam rekam medik pasien stroke awal perawatan di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.



E.     Pengumpulan Data
1.      Data Primer dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan pasien menggunakan media kuesioner ( karakteristik, pola makan, pendapatan, hasil antropometri dan status gizi).
2.      Data sekunder di dapat melalui pencatatan data rekam medik pasien stroke di Paviliun Stroke Center Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.

F.     Cara Pengolahan dan Analisa Data
1.      Memeriksa data yaitu memeriksa formulir kuesioner yang telah dikumpilkan
2.      Analisa berat badan dihitung dengan rumus dari perkiraan berat badan :
a.       LIGUL,  digunakan untuk pasien gemuk. Sumber : (Utih - Gizi RSCM, 2002)
-          Laki – laki
      BB = 1, 408 LIGUL (cm) – 69.020
-          Perempuan
b.      LLA , digunakan untuk pasien kurus. Sumber : (Utih - Gizi RSCM, 2002)
-          Laki – laki
      BB = 25.593 LLA (cm) – 12.902
-          Perempuan
      BB = 2.001 LLA (cm) – 1.223
Catatan :
LIGUL      : Lingkar Pinggul
LLA          : Lingkar Lengan Atas
BB             : Berat Badan

3.      Analisa tinggi badan dihitung dengan rumus tinggi lutut :
TB Laki – laki : 59,01 + (2,08 x TL)
TB Wanita       : 75,00 + (1,91 x TL) – (0,17 x U)
Catatan            : TL (cm)         : Tinggi Lutut
                           U (tahun)      : Umur
Rumus digunakan bila pasien tidak bisa berdiri dan tidak bisa diukur dengan mikrotoice.
4.      Data Pola Makan
Diperoleh hasil wawancara FFQ dengan panduan kuesioner kemudian dikelompokan menjadi bahan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur – sayuran, buah – buahan, susu dan minuman manis.
Dikatakan :
1.      Sering sekali : >1 x sehari
2.      Sering : 3-6 x seminggu
3.      Jarang  : < 3 x bulan
4.      Jarang sekali : 1x /tahun
5.      Tidak mengkosumsi


5.      Analisa status gizi menggunakan IMT.
Dengan menggunakan rumus yang digunakan (Supariasa, 2002)
IMT     =BB (kg)
                                       TB (m2)
Batas ambang untuk orang dewasa Indonesia dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2
Kategori IMT menurut DepKes RI tahun 1994
Kategori
IMT
Kekurangan BB tingkat berat
Kekurangan BB tingkat ringan
Normal
Kelebihan BB tingkat ringan
Kelebihan BB tingkat berat
< 17,0
17,0 – 18,5
> 18,5 – 25,0
> 25,0 – 27,0
>27,0
                   Sumber : Direktorat Gizi, dikutip dari DepKes RI, 1994
                  
G.    Keterbatasan Penelitian
Pada saat penelitian terdapat keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti,  diantara nya adalah :
1.      Jumlah responden sedikit pada saat penelitian dilakukan
2.      Dalam metode food frequency memori responden stroke iskemik yang tidak optimal sehingga responden sedikit lupa.
3.      Keterbatasan waktu penelitian.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Gambaran Umum

Gagasan didirikannya Rumah Sakit Islam Jakarta adalah bermula dari dirasakannya kebutuhan akan pelayanan Rumah sakit yang bernafaskan islam. Dr.H. Kusnadi yang merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah, bersama tokoh Muhammadiyah lainnya tergugah dan mulai memikirkan perlu adanya suatu rumah sakit yang pelayanannya bersifat Islami.
Setelah melalui berbagai pertimbangan dan usul-usul dari berbagai pihak serta ketentuan perundangan yang berlaku, maka tanggal 18 April 1967 berdasarkan akte nomer 36 tahun 1967 dengan notaris R. Surojo Wongsowidjojo, berdirilah Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) yang diketahui langsung oleh Dr. Kusnadi. Kemudian pengurus Yayasan semakin intens, terutama dalam mendapatkan dana pembangunan rumah sakit. Salah satu upaya dana adalah melalui NOVIB (Nederlands Organisatie Voor Internationle Behulpazaam Heid) yaitu salah satu lembaga pemerintahan Belanda yang memberikan bantuan dana ke pihak- pihak yang memerlukannya.
Tidak hanya dari NOVIB, didapat pula bantuan dari berbagai pihak diantaranya dari jasa para pengusaha muslim dan pemerintahan DKI Jakarta yang dipergunakan untuk pembangunan saran fisik Rumah Sakit Islam Jakarta. Terlebih lagi setelah diperoleh tanah seluas lebih kurang 7 (tujuh) hektar yang terletak di daerah Cempaka Putih. Dalam hal alokasi tanah di daerah tersebut Bapak Gubernur DKI Jakarta  Letnan Jendral (Purn) Ali sadikin memiliki andil cukup besar dan membantu perkembangan selanjutnya.
Pada tanggal 7 Maret 1968, terjadi penandatanganan MOU (Memorandum Of Understanding) antara pihak Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta yang diwakili oleh Dr.H. Kusnadi dengan SCCFA (Sate Committe for Coordinating Foreign Aid) yang berdada di bawah naungan Departemen Luar Negeri Pemerintahan belanda yang diwakili oleh B.J. Oeding. Isi perjanjian tersebut  SCCFA akan memberikan bantuan sebesar 75 % dari biaya yang dibutuhkan untuk membangun Rumah Sakit Islam Jakarta.
Pada tahun 1971 tepatnya pada tanggal 23 Juni 1971, Rumah Sakit Islam Jakarta berdiri dengan yang diresmikan oleh Presiden Soeharto.Pada saat itu Rumah Sakit Islam Jakarta memiliki gedung dengan fasilitas ruang perawatan 56 tempat tidur.
Dengan penataan manajemen yang ketat, maka pada tahun 1975 Rumah Sakit Islam Jakarta ternyata memperoleh surplus dana. Atas peran Bapak Fahmi Chotib, Drs, Ek sebagai Derektur keuangan dengan keahliannya dibidang manajemen sangat dirasakan, demikian pula peran Bapak HS.Projokusumo yang selalu mengingatkan akan pentingnya peralatan, pemeliharaan dan internal control, namun demikian dana tersebut belum mencukupi untuk pengembangan sarana fisik, alat- alat medic maupun peningkatan biaya hidup karyawan yang jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Di tahun yang  sama Rumah Sakit Islam Jakarta berali0h kepemilikan dari Yayasn Rumah Sakit Islam Jakarta kepada PP Muhammadiyah.
Pada tahun 1979 atas bantuan presiden Soeharto dibangun lagi empat buah gedung perawatan.Pada tahun inilah istilah Zaal dirubah menjadi Pavilium.Masih pada tahun tersebut dengan dukungan anggaran pendapatan sendiri Rumah Sakit Islam Jakarta berhasil membangun Apotik, kamar Rontgen dan laboratorium. Pada tahun 1981 dibangun lagi ruang perawatan kelas 1 dengan kapasitas 32 tempat tidur dan asrama putera dengan kapasitas 56 orang.
Pada tahun 1982 dibangun gedung Sekolah Perawatan Kesehatan (SPK) yang berlantai empat serta mapu menampung 100 siswi.Pembangunan tersebut mendapat dukungan dari Pemerintah Saudi Arabia. Pada tahun ini juga Rumah Sakit Islam Jakarta berhasil membangun ruang perawatan untuk Intensif Care Unit (ICU) dengan kapsitas 8 orang tempat tidur yang dilengkapi dengan fasilitas gas medic sentral.
Dari tahun ke tahun Rumah Sakit Islam Jakarta terus berkembang, seperti pada tahun 1986/1987 memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 250 tempat tidur untuk perawatan kelas II, yang berarti 50% total kapsitas tempat tidur di Rumah Sakit Islam Jakarta. Hal ini menunjukkan wujud fungsi social Rumah Sakit Islam Jakarta sebagai amal usaha Muhammadiyah yang selalu memperlihatkan orang- orang kecil yang tidak mampu.
Pada tanggal 23 Juni 2001 Rumah Sakit Islam Jakarta telah mampu menyediakan 466 tempat tidur didukung 1.444 orang tenaga medis, perawat, dan non medis serta berbagai peralatan canggih. Kini Rumah Sakit Islam Jakarta memiliki kapasitas 411 tempat tidur, ditunjang dengan 1431 tenaga medis, perawat dan non medis, penambahan fasilitas rawat jalan spesialis dan sub spesialis dengan fasilitas yang nyaman di “Klinik Raudhah”. Sertifikasi ISO 9001-2000 dan Akreditasi Depkes RI 16 pelayanan merupakan bukti kualitas pelayanan RSIJCP.
B.     KARAKTERISTIK RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
  1. VISI :
“ Menjadi Rumah Sakit Kepercayaan Masyarakat dan Pusat Pengkaderan Tenaga Kesehatan”



  1. MISI :
a.       Pelayanan kesehatan yang islami, professional dan bermutu dengan tetap peduli pada kaum dhu’afa
b.      Mampu memimpin pengembangan Rumah Sakit Islam lainnya.
  1. Falsafah
Rumah Sakit Islam Jakarta adalah perwujudan dari iman sebagai amal shaleh kepada ALLAH    SWT dan menjadikannya sebagai sarana ibadah.
  1. Tujuan :
            Mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi- tingginya bagi semua lapisan masyarakat melalui pendekatan pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit ( kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan menyeluruh sesuai dengan peraturan perundang-perundang, serta tuntutan ajaran Islam dengan tidak memandang agama, golongan dan kedudukan.
  1. Moto :
     Bekerja sebagai ibadah, ihsan dalam pelayanan


C.    Gambaran Umum Responden
Pasien  diambil dalam penelitian ini adalah berdasarkan kriteria yang telah ditentukan yaitu seluruh pasien baru (maksimal 3 hari perawatan) yang menjalani perawatan selama penelitian, pasien mampu berkomunikasi, pasien stroke >20 tahun dan bersedia menjadi responden penelitian Karya Tulis Ilmiah. Pasien stroke yang dirawat saat penelitian berlangsung berjumlah 17 orang yang dirawat di paviliun stroke center RSIJCP namun yang dapat berkomunikasi dengan baik hanya 13 orang.
1.      Umur
Stroke dapat terjadi pada setiap usia , dari bayi lahir hingga pada usia lanjut. Di Indonesia usia penderita stroke kebanyakan berkisar usia 40 tahun keatas (Pudiastuti, 2011), sedangkan menurut pendapat Yulianto, 2011 stroke tidak hanya menyerang pada usia lanjut namun sekarang stroke cendrung menyerang usia produktif yaitu dibawah usia 45 tahun.

Diagram 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur
Grafik diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 40 – 59 tahun yakni sebanyak  8 orang (61%).
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Pudiastuti, 2011 bahwa di Indonesia penderita stroke umumnya berusia 40 tahun keatas.

2.      Jenis kelamin
Stroke dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, namun yang lebih cendrung berisiko terkena stroke adalah laki-laki (Pudiastuti, 2011).  Hasil penelitian diperoleh, berdasarkan jenis kelamin pasien stroke iskemik lebih banyak terdapat pada laki – laki yaitu sebanyak 11 orang (85%) dan perempuan sebanyak 2 orang (15%).

Diagram 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis kelamin

Hasil penelitian pada tabel diatas sesuai dengan pendapat Pudiastuti bahwa stroke lebih banyak menyerang laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

3.         Tingkat Pendidikan
Diagram 3. Distribusi Responden Menurut Tingkat pendidikan

Berdasarkan tabel diatas diperoleh data responden yang memiliki tingkat pendidikan SD (Sekolah Dasar) 1 orang (8%) sedangkan SMP (Sekolah Menengah Pertama) 2 orang (15%) dan responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 6 orang (46%) serta responden yang memiliki tingkat pendidikan teratas yaitu Perguruan Tinggi sebanyak 4 orang ( 31%) 3 orang diantaranya berkerja sebagai guru.




4.         Status pekerjaan
Diagram 4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
            Berdasarkan tabel diatas diperoleh data responden yang bekerja sebanyak 8 orang (62%) dan sedangkan yang tidak bekerja 5 orang (38%). Responden yang bekerja umumnya masih pada usia 60 tahun kebawah, dan responden yang tidak bekerja 2 diantaranya adalah ibu rumah tangga. Stroke dapat menyerang siapa saja tidak memandang jabatan (pekerjaan) dan status sosial (Yulianto, 2011)

5.    Status Gizi Pasien
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Status Gizi Pasien Stroke Iskemik Awal Perawatan Berdasarkan IMT
Kategori IMT
n
%
Kekurangan BB tingkat berat
-
-
Kekurangan BB tingkat ringan
-
-
Normal
10
77
Kelebihan BB tingkat ringan
3
23
Kelebihan BB tingkat berat
-
-
Jumlah
13
100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa 10 orang responden (77%) mempunyai status gizi normal pada awal perawatan, sedangkan 3 orang responden (23%) mempunyai masalah gizi yaitu kelebihan berat badan tingkat ringan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di RS. Cipto Mangunkusumo terhadap pasien stroke rawat inap yang menyatakan 63,6% pasien stroke memiliki status gizi normal. (Kala, 2008)
6.    Pola Makan
a.        Penggunaan bahan pokok
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Makanan Pokok

Frekuensi
Makanan pokok
Nasi
Singkong
Roti
Mie 
n
%
n
%
N
%
n
%
> 1 x/hr
13
100
-
-
1
7,9
1
7,9
4-6x/mg
-
-
2
15,3
8
61,4
5
38,3
< 3 x/bln
-
-
7
53,8
4
30,7
7
53,8
1x/thn
-
-
3
23
-
-
-
-
Tidak mengkosumsi
-
-
1
7,9
-
-
-
-
Jumlah
13
100
13
100
13
100
13
100

            Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 13 orang (100%) mengkosumsi nasi dengan frekuensi lebih dari 1x/hari. Pada penggunaan singkong sebagai bahan pokok dengan frekuensi > 1x/bulan sebanyak 7 orang (53,8%) umumnya singkong dijadikan makanan selingan. Sedangkan untuk penggunaan roti sebagai bahan pokok sebanyak 8 responden dengan frekuensi 4-6x/minggu, roti digunakan untuk sarapan, dan penggunaan mie sebagai bahan pokok sebanyak 7 responden dengan frekuensi > 1x/bulan.
            Beras (nasi), singkong, roti dan mie merupakan bahan makanan sumber karbohidrat yang paling sering dikosumsi oleh responden. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi penduduk di seluruh dunia, namun di Indonesia nasi merupakan sumber karbohidrat yang paling sering dikosumsi. Menurut Pudiastuti, 2011 menyatakan bahwa bahan makanan pokok yang paling baik dikosumsi oleh penderita stroke adalah makanan yang berserat tinggi seperti beras, gandum dan lain-lain, sedangkan untuk kosumsi mie tidak dianjurkan.
b.                                Penggunaan lauk hewani
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Penggunaan Lauk Hewani

 Frekuensi
Lauk hewani
Telur
Ayam
Daging
 Sapi
Daging kambing
Ikan
Hati
N
%
n
%
n
%
n
%
N
%
n
%
> 1 x/hr
9
69,2
4
30,8
-
-
-
-
5
38
-
-
4-6x/mg
4
30,8
6
46,2
2
15,8
-
-
7
54,1
-
-
< 3 x/bln
-
-
3
23
9
68,4
6
46,2
1
7,9
3
23
1x/thn
-
-
-
-
1
7,9
5
38
-
-
8
61,2
Tidak mengkosumsi
-
-
-
-
1
7,9
2
15,8
-
-
2
15,8
Jumlah
13
100
13
100
13
100
13
100
13
100
13
100















Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa 9 orang (69,2%) yang mengkosumsi telur ayam dengan frekuensi ≥ 1 x sehari, ayam dengan frekuensi 4-6 x seminggu sebanyak 6 orang (46,2%). Pada penggunaan daging sapi dengan frekuensi ≤ 1x bulan sebanyak 9 orang (68,4%), untuk penggunaan daging kambing sebagai lauk hewani ≤ 1x bulan sebanyak 6 orang (46,2%) dan penggunaan ikan sebagai lauk hewani dengan frekuensi 4-6 x seminggu sebanyak 7 orang (54,1%).
Penggunaan bahan makanan sumber protein hewani dengan frekuensi ≥ 1 x sehari adalah telur sebanyak 9 orang (69,2%), ayam 4 orang (30,8%), tabel diatas menunjukan bahan makanan sumber protein yang paling sering dikosumsi oleh responden adalah telur dengan frekuensi ≥ 1 x sehari. Ini sesuai dengan pernyataan Feign, 2007 bahwa daging dan telur merupakan sumber protein dan kolestrol (kuning telur), sebaiknya penderita stroke menghindari mengkosumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan menghindari mengkosumsi makanan yang diolah dengan cara digoreng yang menggunakan sumber lemak jenuh dan  juga menurut Yulianto, 2011 salah satu penyebab terjadinya serangan stroke adalah seringnya mengkosumsi makanan yang berkolestrol tinggi.




c.    Penggunaan Lauk Nabati

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Lauk Nabati
Frekuensui

Lauk nabati

Tempe
Tahu
oncom
Kacang-kacangan
n
%
N
%
n
%
n
%
≥ 1 x/hr
9
69,4
10
77
-
-
1
7,6
4-6x/mg
2
15,8
2
15,8
2
15,8
3
23
≤ 1 x/bln
1
7,9
-
-
3
23
9
69,4
1x/thn
-
-
-
-
2
15,8
-
-
Tidak mengkosumsi
1
7,9
1
7,9
6
46,4
-
-
Jumlah
13
100
13
100
13
100
13
100

Tabel diatas menunjukan bahwa kosumsi tempe dengan frekuensi ≥ 1 x sehari sebanyak 9 orang (69,4%), sedangkan tahu dengan frekuensi  ≥ 1 x sehari sebanyak 10 orang (77%) dan sebanyak 6 orang (46,4%) responden menyatakan tidak pernah mengkosumsi oncom. Selain itu 9 orang (69,4) menyatakan mengkosumsi kacang –kacangan sebagai sumber protein nabati dengan frekuensi ≤ 1x sebulan.
Penelitian tersebut menunjukan  bahwa tempe dan tahu merupakan sumber protein nabati yang paling sering dikosumsi dengan frekuensi ≥ 1 x sehari, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSCM yaitu pasien stroke rawat inap 72,7% mengkosumsi tempe dan tahu dengan frekuensi ≥ 1 x sehari (Kala, 2008).



    1. Penggunaan sayuran
Tabel 7
Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Sayuran
Frekuensui
Sayuran
Bayam
Kangkung
Wortel
Buncis
n
%
n
%
n
%
n
%
≥ 1 x/hr
9
69,1
7
53,3
4
41,2
-
-
4-6x/mg
2
15,8
1
7,9
4
41,2
2
15,8
≤ 1 x/bln
-
-
3
23
3
23
9
69,1
1x/thn
-
-
-
-
-
-
-
-
Tidak mengkosumsi
2
15,8
2
15,8
2
15,8
2
15,8
Jumlah
13
100
13
100
13
100
13
100

Tabel diatas menunjukkan 9 orang (69,1%) responden mengkosumsi sayur bayam dengan frekuensi ≥ 1 x sehari, sedangkan untuk sayur kangkung sebanyak 7 orang (53,3%) dengan frekuensi ≥ 1 x sehari dan penggunaan sayur wortel dengan frekuensi 4- 6 x/ minggu sebanyak 4 orang (41,2%). Selain itu 9 orang (69,1%) mengkosumsi buncis sebagai sayuran dengan frekuensi ≤ 1 x/ bulan.Sejumlah 2 orang (15,8%) diantaranya menyatakan tidak menyukai semua jenis sayuran, padahal sayuran yang mengandung serat tinggi baik untuk menurunkan kadar kolestrol dalam darah (Yulianto, 2011)




    1. Penggunaan buah - buahan
Tabel 8
 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Buah

Frekuensi
Buah – buahan
Apel
Jeruk
Pisang
Pepaya
Semangka
n
%
n
%
n
%
n
%
N
%
≥ 1 x/hr
1
7,9
5
38,5
2
15,8
3
23
2
15,8
4-6x/mg
4
30,8
5
38,5
3
23
5
38,2
3
23
≤ 1 x/bln
8
61,3
3
23
7
41,2
2
15,8
8
61,2
1x/thn
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tidak mengkosumsi
-
-
-
-
1
-
3
23
-
-
Jumlah
13
100
13
100
13
100
13
100
13
100

            Tabel diatas menunjukan jeruk merupakan buah yang sering dikosumsi dengan frekuensi ≥ 1 x /sehari yaitu sebanyak 5 orang (38,5%), sedangkan untuk buah apel sebanyak 8 orang(61,3%) mengkosumsi dengan frekuensi ≤ 1 x /bulan dan untuk kosumsi pepaya dengan frekuensi ≤ 1 x /sehari sebanyak 3 orang (23%).








    1. Penggunaan minuman
Tabel 9
 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan minuman
Frekuensui
Minuman
Susu 
Teh 
Kopi
Softdrink
n
%
n
%
n
%
n
%
≥ 1 x/hr
-
-
7
54
6
46,1
-
-
4-6x/mg
2
15,8
3
23
4
41,2
3
23
≤ 1 x/bln
3
23
3
23
1
7,6
1
7,6
1x/thn
-
-
-
-
-
-
-
-
Tidak mengkosumsi
8
61,2
-
-
2
15,2
8
61,4
Jumlah
13
100
13
100
13
100
13
100

Tabel diatas menunjukan bahwa minuman yang sering sekali dikonsumsi adalah teh manis sebanyak 7 orang (54%) dan kopi sebanyak 6 orang (46,1%) dengan frekuensi ≥ 1x sehari, menunjukan sebagian besar responden mengkosumsi kopi dan teh manis ≥ 1x/sehari, sebaiknya untuk penderita stroke dianjurkan untuk tidak terlalu sering mengkosumsi minuman kopi dan teh karena mengandung cafein dimana cafein merupakan zat gizi yang dapat merangsang sistem saraf (Pudiastuti, 2011)








  1. Asupan Zat Gizi
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Asupan Energi dan Zat Gizi Makro Sebelum Masuk RS
Presentasi asupan energi dan zat gizi makro
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
n
%
n
%
n
%
N
%
Lebih : >110%
1
7,6
2
15,2
2
15,2
3
23
Baik : 90 – 110%
3
23
6
45,7
4
31,2
3
23
Sedang : 80 – 89%
4
31,2
4
31,2
5
38,4
4
31,2
Kurang : 70 – 79%
3
23
1
7,9
2
15,2
1
7,6
Defisit : <70%
2
15,2
-
-
-
-
2
15,2
Jumlah
13
100
13
100
13
100
13
100

Keterangan
% asupan menurut hilma Yunahar
-          Lebih         : > 110%
-          Baik           : 90 – 110%
-          Sedang      : 80 – 89%
-          Kurang      : 70 – 79%
-          Defisit       : < 70%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan 4 orang responden (31,2%) mempunyai asupan energi tergolong sedang (80 - 89 %) dan sebanyak 6 orang responden (45,7) mempunyasi asupan protein baik (90 – 110%) . Asupan lemak sebagian besar responden tergolong sedang (80 – 89%) serta untuk asupan karbohidrat 4 orang (31,2%) tergolong sedang .
            Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar asupan protein responden tergolong baik sedangkan untuk asupan lemak dan karbohidrat tergolong sedang. Asupan energi yang terlihat diatas 1 orang (15,2%) yang lebih dari kebutuhan dengan kalori tertingginya adalah 2900 Kkal dan yang terendah adalah  531 Kkal, asupan protein yang lebih dari kebutuhan adalah 2 orang (15,2%),yang tertinggi adalah 93 g dan yang terendah adalah 35 g, sedangkan  asupan lemak yang lebih dari kebutuhan ada 2 orang (15,4%) dan kurang dari kebutuhan adalah 2 orang (15,4%), asupan terendah adalah 26 g dan tertinggi adalah 87 g, asupan karbohidrat yang kurang dari kebutuhan adalah 2 orang (15,2%), yang terendah 213 g.



















BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
                                1.      Berdasarkan karakteristik responden lebih dari setengah berada pada golongan umur 40 – 59 tahun (61%) dan hampir semua penderita stroke adalah berjenis kelamin Laki – laki (85%), berdasarkan tingkat pendidikan pasien stroke yang terbanyak adalah SMA (61%)
                                    2.      Pola makan responden berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan yaitu sebagai berikut :
a.       Semua responden mengkonsumsi beras (nasi) sebagai bahan makanan pokok.
b.      Sumber protein hewani yang paling sering dikosumsi adalah telur dengan presentase 69,2%
c.       Sumber protein nabati yang sering dikonsumsi pasien stroke adalah tempe dan tahu.
d.      Bayam dan kangkung merupakan sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh pasien.
e.       Buah yang paling sering dikonsumsi pasien adalah jeruk
f.       Minuman yang sering dikonsumsi pasien stroke adalah teh manis dan kopi.

                                    3.      Diketahui 10 responden (77%) mempunyai status gizi normal, 3 responden (23%) memiliki kelebihan berat badan tingkat ringan.

B.     SARAN
1.    Berdasarkan hasil penelitian, pola makan konsumsi protein hewani tertinggi adalah telur. Sebaiknya penderita stroke menghindari konsumsi telur terutama bagian kuningnya karena banyak mengandung kolestrol.
2.    Hindari konsumsi teh manis dan kopi terlalu sering.
3.    Perlunya penyuluhan secara berkala terhadap pasien stroke mengenai gizi seimbang.
4.    Perlu dilakukanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui  hubungan kemaknaan antar variabel.










DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, dkk. 2006 Penuntun Diet Edisi terbaru, RSCM. Jakarta : Gramedia.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
Auryn, Vizara. 2007. Mengenal & Memahami Stroke. Jakarta : KATAHATI.
Freitag, Harry, dkk. 2011. Deteksi Dini 7 Penyakit Penyebab Mati Muda. Jogjakarta : Medpress
Feign, Valery. 2006. Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta  : Gramedia
Gibson, R.S. 1996.      Principiles of Nutritional Assesment. Oxford University Press, New York
Handjani, Sri. 1996. Pangan Gizi dan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret.
Iqbal, Muhammad. 2006. Sindroma Metabolik Pada Anak Dari Penderita Stroke Iskemik.Jakarta
Junaidi, dr. Iskandar. 2006. Stroke A-Z, Jakarta : Bhuanan Ilmu Populer
Kala, Trianira, Omria. 2008. Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Pasien Stroke Awal Perawatan Neurology Gedung A Lantai 5 Di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jakarta
Kurniasih, Dedeh, Dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta : Gramedia
Lamsudin, S.M. 1995. Strategi Stroke Indonesia . Jakarta.
NEURONA, 2002. Angka Kejadian Stroke Iskemik Berulang Pada Tahun Pertama dan Faktor  Resikonya. Jakarta : PERDOSI
Onggo, Tri, Ira. 2011. 5 penyakit Utama Pencabut Nyawa. Jogjakarta : Mitra Buku.
Pudiastuti, Dewi, Ratna. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Jogjakarta : Nuha Medika.
Roedjito, D. A. 1990. Gearitic Nutrition. Prenitice Hall, New Jersey USA
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Suejono, Czeresna Heriawan, dkk. 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter dan Perawat, Jakarta : FKUI.
Yastroki.Htp//www.Yastroki.Or.Id/Berita.Php .20 Juli 2005
Yulianto, A. 2011.Mengapa Stroke Menyerang Usia Muda ?. Jogjakarta : Javalitera.







Lampiran 1
Identitas Pasien
No.Sampel                  :
Tanggal masuk RS    :
Nama Reponden       :
Umur                          :
Jenis Kelamin            :
Berat Badan              :
Tinggi Badan             :
Tingkat Pendidikan  :
    1. Tidak Sekolah
    2. SD
    3. SLTP
    4. SLTA
    5. Perguruan Tinggi
Pekerjaan                   :
a.                                                                             Bekerja
b.                                                                            Tidak Bekerja













Lampiran 2
KUESIONER FREKUENSI MAKAN
No. Responden :
Bahan Makanan
Frekuensi
>1x/ hari
1x/hari
4-6x/mgu
1x/bln
1x/thn
>1x/thn
Tidak Pernah
MAKANAN POKOK







1.       Nasi







2.       Mie







3.       Roti







4.       Singkong







5.       Ubi







6.       Lain-lain…







LAUK HEWANI







1.       Telur







2.       Daging sapi







3.       Daging kambing







4.       Ayam







5.       Ikan







6.       Hati







7.       Lain-lain ...







LAUK NABATI







1.       Tahu







2.       Tempe







3.       Oncom







4.       Kacang –kacangan







SAYURAN







1.       Bayam







2.       Wortel







3.       Buncis







4.       Kangkung







5.       Lain-lain..







BUAH







1.       Semangka







2.       Jeruk







3.       Pepaya







4.       Apel







5.       Pisang







6.       Lain-lain..







Minuman







1.       Susu







2.       Teh







3.       Kopi







4.       Softdrink







5.       Lain-lain..








Previous
Next Post »